简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Hak atas fotoGetty ImagesImage caption Pilot sudah melakukan prosedur yang benar tetapi pesawat teta
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption Pilot sudah melakukan prosedur yang benar tetapi pesawat tetap tak bisa dikendalikan
Laporan awal kecelakaan Ethiopia Airlines bulan lalu menyebutkan pesawat itu menukik tajam beberapa kali sebelum jatuh.
Pilot pesawat Ethiopian Air disebutkan telah “berulang kali” mengikuti prosedur yang disarankan oleh Boeing sebelum pesawat itu jatuh.
Meskipun demikian, mereka tetap “tidak bisa mengendalikan pesawat” Boeing 737 Max tersebut, demikian kata Menteri Transportasi Ethiopia, Dagmawit Moges.
Penerbangan bernomer ET302 itu jatuh enam menit setelah lepas landas dari ibukota Ethipia, Addis Ababa, menewaskan 157 orang yang berada di dalamnya.
“Awak pesawat sudah berulangkali menjalankan prosedur yang diberikan oleh pembuat pesawat ini, tetapi mereka tetap tidak bisa mengendalikan pesawat,” kata Moges dalam konperensi pers di Addis Ababa.
Ethiopian Airlines: ada 'kemiripan jelas' dengan kecelakaan Lion Air
Identifikasi korban berlangsung lama, Ethiopian Airlines beri kantung tanah bagi keluarga
Pesawat Ethiopian Airlines jatuh: Cerita keluarga soal Harina Hafitz, WNI yang menjadi korban
Lion Air: Direktur 'tak sependapat dengan KNKT, tegaskan pesawat laik terbang'
Kecelakaan kedua Boeing 737 Max
Kecelakaan ini merupakan kali kedua yang menimpa pesawat Boeing 737 Max dalam rentang waktu lima bulan.
Pada bulan Oktober 2018 pesawat maskapai Indonesia, Lion Air bernomor JT 610 jatuh ke laut dan menewaskan 189 orang penumpang dan awak pesawat.
Dalam pernyataan tertulis, Direktur Eksekutif Ethiopian Airlines, Tewolde GebreMariam menyatakan bahwa ia “sangat bangga” dengan “profesionalisme yang sangat tinggi” dari para pilot pesawat tersebut.
“Sangat disayangkan mereka tak bisa menyelamatkan pesawat yang menukik itu,” kata pernyataan resmi Ethiopian Airlines.
Moges yang mempresentasikan temuan terkait kecelakaan itu merekomendasikan agar sistem pengendali pesawat ditinjau ulang sebelum diperbolehkan terbang lagi.
Boeing sendiri berjanji untuk memperbarui perangkat lunak pesawat dan pelatihan untuk pilot 737 Max.
Reaksi Boeing
Pesawat Boeing 737 Max - yang terdiri dari 300 pesawat- tidak digunakan lagi menyusul jatuhnya Ethiophia Airlines.
Pihak penyidik memusatkan pada sistem MCAS (Manoeuvring Characteristics Augmentation System)- perangkat yang berfungsi mencegah pilot menaikkan hidung pesawat terlalu tinggi dengan cara menukikkan pesawat secara otomatis.
Dalam kasus Lion Air JT610, MACS tidak bekerja dengan baik sehingga setiap kali pilot menaikkan hidung pesawat, MCAS aktif kembali dan menurunkan hidung pesawat.
Laporan awal dari pemerintah Ethiophia ini tidak menuding siapapun atas kecelakaan ini dan tidak merinci lebih lanjut.
Boeing sendiri telah mengeluarkan petunjuk kepada para pilot untuk mengatur MCAS.
Perusahaan penerbangan ini merencanakan untuk memasang sistem peringatan tambahan untuk semua pesawat Boeing 737 Max yang sebelumnya dicantumkan di dalam elemen keselamatan tambahan.
Boeing juga tengah mengkaji pelatihan pilot untuk memberikan “pemahaman tambahan terkait 737 Max” terkait sistem penerbangan dan prosedur yang perlu dijalankan awak.
Perusahaan ini juga mengatakan elemen tambahan itu bukan merupakan pengakuan bahwa MCAS menyebabkan pesawat jatuh.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.