简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Hak atas fotoArab Image FoundationArsip online baru yang diluncurkan oleh Arab Image Foundation mena
Hak atas fotoArab Image Foundation
Arsip online baru yang diluncurkan oleh Arab Image Foundation menawarkan perspektif baru tentang Timur Tengah, mengungkapkan momen-momen yang terlupakan dan kisah-kisah yang terkubur.
Dari ciuman sesama jenis dan laki-laki yang berdandan seperti perempuan, hingga potret telanjang dan anak-anak yang berpose dengan senapan, Arab Image Foundation penuh dengan foto-foto mengejutkan dan sensasional dari Timur Tengah.
Tetapi ribuan foto yang mendokumentasikan kegiatan sehari-hari, tradisi yang diabaikan dan cara hidup yang lenyap. Itu yang menjadikannya sumber informasi yang unik dan menarik.
'Laki-laki Bunga', sisi lain Arab Saudi yang tidak banyak diketahui
Dua TKI di Arab Saudi yang dihukum mati dalam kasus sihir dibebaskan
PBB desak Arab Saudi menunda semua rencana pelaksanaan hukuman mati
Selama lebih dari 20 tahun, yayasan telah melestarikan arsipnya, menerbitkan buku-buku dan pameran terorganisir, tapi koleksi-koleksinya sulit diakses oleh publik.
Sekarang, peluncuran platform online baru telah membuat ribuan foto yang sebelumnya tak terlihat, dapat diakses oleh dunia. Platform online ini mengungkap momen yang terlupakan dan kisah yang tak terhitung.
Yayasan nirlaba ini didirikan di Beirut, Libanon pada tahun 1997 untuk meneliti, melindungi, dan melestarikan sejarah fotografi Afrika Utara, Levant, dan Timur Tengah. Saat ini mereka menampung lebih dari 500.000 sumbangan negatif foto dan foto tercetak.
“Kami adalah platform yang mempertanyakan media fotografi, praktik fotografi, berbagai penggunaan fotografi saat ini dan mendorong batasan-batasan tentang apa itu fotografi,” kata Marc Mouarkech, direktur pelaksana yayasan. “Kami selalu berusaha mendorong terciptanya wacana baru yang terhubung kepada publik kontemporer.”
Di beranda, tautan yang dibuat secara acak menghubungkan pengunjung ke koleksi, fotografer, dan gambar, mendorong penemuan baru di setiap kunjungan.
Foto-foto juga diatur berdasarkan kategori dan dapat dicari dengan kata kunci, memungkinkan mereka yang ingin tahu tentang era, negara atau subjek tertentu untuk dijelajahi secara mendalam.
Pengunjung dapat memperbesar foto untuk mengungkap detail tersembunyi, serta berbagi gambar di media sosial dan menambahkan tag dan informasi mereka sendiri ke situs web.
“Kami ingin itu menjadi sesuatu yang dibangun oleh yayasan dan masyarakat pada saat yang sama,” jelas Mouarkech.
Banyak foto dan negatif foto sudah rusak karena disimpan bertahun-tahun. Alih-alih dipulihkan atau dimanipulasi secara digital, mereka ditampilkan apa adanya dan diperlakukan sebagai artefak sejarah.
Hak atas fotoArab Image FoundationImage caption
Tamara Toumanova, penari balet, 1945, oleh Armand (Armenak Arzrouni)
Satu potret menakjubkan seorang penari balet, diambil oleh fotografer Armenia-Mesir Armand (lahir di Turki pada tahun 1901), ternoda lingkaran putih seperti tanda cap jempol. Kerusakan itu menambah drama pada foto, menciptakan patina halus di atas wajah sang balerina yang terbalik dan gaun putihnya yang sunyi.
Banyak foto mendokumentasikan tradisi yang telah mati. Fotografer Camille el Kareh dikenal karena foto-foto post-mortemnya, yang populer di Libanon utara pada 1920-an dan 30-an.
Dengan hati-hati dia mengatur pose jenazah di ranjang kematian mereka, di depan orang yang mereka cintai. Dia menciptakan potret keluarga formal di mana tubuh menjadi pusat perhatian.
Dalam satu foto yang menunjukkan tingginya martabat karyanya, tubuh seorang lelaki tua difoto dalam setelan hitam, dengan bunga-bunga di tangannya yang terlipat dan menutupi mulutnya.
Hak atas fotoArab Image FoundationImage caption
Fotografer Camille el Kareh dikenal karena foto-foto post-mortemnya, yang populer di Libanon utara pada 1920-an dan 30-an.
Keluarganya berbaris di belakangnya, sementara beberapa orang berbondong-bondong masuk bingkai foto di paling kiri, berusaha masuk dalam foto terakhir pria itu.
Di Suriah, akademisi dan fotografer Jibrail Jabbur, lahir pada tahun 1900, memotret seorang lelaki. Lelaki Badui di padang pasir Suriah itu mengenakan hiasan kepala putih bersih dan membawa elang berburu.
Karya Jabbur ini memberi pengetahuan unik tentang kehidupan sehari-hari kaum Badui Suriah yang menjelajahi padang pasir di awal abad ke-20.
Hak atas fotoArab Image FoundationImage caption
Jibrail Jabbur, lahir pada tahun 1900, memotret seorang lelaki Badui di padang pasir Suriah.
Arsip tersebut mencakup banyak gambar peristiwa dan tokoh bersejarah, dan mendokumentasikan momen-momen penting yang telah diabaikan oleh sejarah, menjelaskan tentang perubahan adat-istiadat sosial selama satu abad.
Sebuah potret studio oleh seorang fotografer Mesir anonim, diambil pada awal abad ke-20, memotret dua perempuan muda berkerudung yang berpose. Mereka berdua membuka satu sisi cadar putih mereka, agar wajah mereka dapat difoto.
Hak atas fotoArab Image FoundationImage caption
Dua perempuan muda berkerudung berpose di studio foto di Mesir.
Mouarkech yakin itu adalah salah satu foto formal paling awal yang diketahui, yang memotret perempuan Arab dengan wajah terbuka.
Pergeseran sikap terhadap tubuh perempuan di Mesir sangat jelas dalam karya fotografer Armenia-Mesir yang produktif, Van Leo.
Dia memotret ratusan foto erotis para penghibur di tahun 1950-an dan 60-an, hanya untuk membakar sebagian besar foto dan negatifnya di oven pada 1980-an menyusul meningkat tajamnya konservatisme agama.
Mengungkap potret
Contoh-contoh potret boudoir yang selamat bisa ditemukan di koleksi AIF, termasuk gambar kontroversial aktris Mesir Nadia Abdel Wahed.
Nadia meminta Van Leo memotretnya dalam 18 pose berbeda sembari melepaskan setiap helai pakaiannya.
Dalam satu foto, yang diambil pada tahun 1959, ia menatap tajam ke arah kamera sambil mengangkat satu kakinya ke udara untuk membuka gulungan stocking-nya, dengan hanya mengenakan baju dalam dan sepatu berhak tinggi.
Hak atas fotoArab Image FoundationImage caption
Aktris Mesir Nadia Abdel Wahed, oleh Van Leo.
Laki-laki juga difoto dalam potret setengah telanjang dan bahkan telanjang. Binaraga adalah hobi populer di pertengahan abad ke-20 dan para pria sering berpose sambil melenturkan otot-otot mereka atau bersantai di sebelah piala mereka.
Hak atas foto Arab Image FoundationImage caption
Laki-laki juga difoto dalam potret setengah telanjang dan bahkan telanjang.
Satu foto, diambil oleh fotografer Mesir Jamal Youssef, menggambarkan tiga pria bercawat putih berpose bangga di sekitar batu yang dipahat kasar, dalam formasi segitiga dengan permainan cahaya yang menonjolkan otot-otot mereka.
Hak atas foto Arab Image FoundationImage caption
Fotografer Muhamad Youssef berbaring di bawah selembar kaca untuk memotret seorang pria yang membuat knafeh.
Koleksi Mesir lainnya mendokumentasikan tradisi yang masih berkembang, seperti pembuatan manisan lokal.
Pada tahun 1960, fotografer Muhamad Youssef berbaring di bawah selembar kaca untuk memotret seorang pria yang membuat knafeh, kuliner lokal lezat yang menggabungkan pastry manis dan keju lunak.
Wajah koki yang tersenyum dan topi putihnya dikelilingi oleh lapisan pertama ramuannya saat ia menaburkan lingkaran adonan manis ke permukaan kaca.
Hak atas foto Arab Image FoundationImage caption
Banyak fotografer pemula di wilayah ini bereksperimen dengan komposisi dan teknik.
Banyak fotografer pemula di wilayah ini bereksperimen dengan komposisi dan teknik. Satu gambar lucu, diambil di Betlehem pada tahun 1922 oleh seorang fotografer Palestina anonim, menggunakan teknik overlay untuk memotret orang yang sama di empat posisi berbeda.
Hasilnya, tablo surealis di mana tiga pria berwajah serupa duduk untuk makan, satu di tengah menyeringai sambil mengiris kepala manusia.
Pada periode yang sama ada foto oleh Marie al-Khazen, salah satu fotografer perempuan pertama di Timur Tengah. Dilahirkan di Lebanon pada tahun 1899, ia adalah seorang fotografer dan feminis amatir yang bersemangat.
Komposisi dan kebiasaan avant-garde-nya memotret dirinya sendiri dan perempuan-perempuan lain yang menikmati hiburan pria tradisional, seperti merokok, mengemudi dan berburu, membuatnya menjadi sosok yang menarik dan tidak konvensional.
Hak atas foto Arab Image FoundationImage caption
Foto oleh Marie al-Khazen, salah satu fotografer perempuan pertama di Timur Tengah.
Salah satu foto karyanya menunjukkan seorang pria dan seorang perempuan menunggang kuda, dengan sang perempuan di latar depan, menjulang di atas pria itu. Foto eksposur ganda melapisi figur-figurnya dengan lanskap hijau, menciptakan komposisi yang surealis namun indah.
Sesuai dengan sejarah yang bergejolak di wilayah ini, banyak dari foto-foto tersebut menampilkan senjata, tetapi Mouarkech memperingatkan bahwa hal itu kadang-kadang dapat disalahartikan.
Fotografer Libanon Hashem El Madani memotret ratusan foto kehidupan sehari-hari di kota asalnya, Sidon, termasuk puluhan potret pria dan anak-anak yang berpose dengan senjata, diambil pada tahun 1970-an menjelang perang saudara Libanon.
Satu foto menampilkan seorang pria berkumis, berpose dengan keffiyeh melilit kepalanya, mengenakan jaket kamuflase dan memegang Kalashnikov.
Baru-baru ini, seorang pria yang mengunjungi kantor yayasan terkejut melihat foto yang tergantung di dinding. Dia mengatakan pria itu adalah kakeknya, yang bekerja untuk perusahaan listrik negara.
Meskipun bukan bagian dari milisi, ketika pergi untuk diambil fotonya, ia memilih berpose dengan kostum. “Itu adalah cara untuk menunjukkan bahwa dia pria macho di depan kamera,” kata Mouarkech.
“Foto-foto ini diambil di studio dan menjadi representasi dari maskulinitas tertentu.”
Hak atas foto Arab Image FoundationImage caption
Meskipun bukan bagian dari milisi, ketika pergi untuk diambil fotonya, ia memilih berpose dengan kostum.
Arsip online yayasan ini dimaksudkan untuk memperluas perspektif Timur Tengah. Mouarkech merasa bahwa menyediakan akses untuk publik adalah bagian dari tugasnya untuk melestarikannya. “Arsip adalah alat yang perlu digunakan,” kata dia.
“Pelestarian datang dalam berbagai cara. Jika seorang anak kecil melihat foto dan itu membantu dia menumbuhkan imajinasinya, atau membuatnya mengingat foto itu karena alasan emosional, untuk kami, ini adalah soal melestarikan materi yang kita miliki, sejarah yang kita pegang, ingatan akan objek dan ingatan tentang wilayah.”
Versi asli tulisan ini dalam bahasa Inggris bisa Anda baca di Photos revealing hidden histories of the middle eastdi laman BBC Culture
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.