简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Hak atas fotoGetty ImagesMenangis di depan umum sering dianggap sebagai tanda kelemahan. Tetapi para
Hak atas fotoGetty Images
Menangis di depan umum sering dianggap sebagai tanda kelemahan. Tetapi para peneliti telah menemukan bahwa kepercayaan itu salah.
Ketika Theresa May mengumumkan bahwa dia akan mundur dari jabatannya sebagai Perdana Menteri Inggris, perjuangannya untuk menahan air matanya jatuh menjadi berita utama dunia.
Para komentator dengan cepat mengamati bahwa penampilan emosional ini akhirnya memanusiakan May, seorang politisi yang secara luas dipandang sebagai orang yang kerap terlihat berjarak. Yang lain - bahkan beberapa kritikus May - mengaku merasakan simpati.
Tampaknya muncul di depan kamera memiliki dampak positif yang besar pada reputasi May (walaupun tentu tidak berpengaruh banyak).
Apakah menangis baik untuk kesehatan?
Mengapa lebih banyak orang kini menghadiri 'pemakamannya sendiri'?
Respons terhadap ekspresi emosi seperti ini mungkin mengejutkan atau tidak mengejutkan bagi Anda, tergantung pada keyakinan pribadi Anda tentang menangis - tetapi, menurut sekelompok psikolog di University of Queensland, kepercayaan ini bisa berpengaruh pada kecenderungan pribadi atau pengalaman menangis Anda.
Hak atas fotoReutersImage caption
Insiden di mana Theresa May hampir menangis membuat beberapa orang merasa simpati.
Seperti yang ditulis Leah Sharman dan timnya dalam makalah mereka baru-baru ini, “frekuensi seseorang menangis, bagaimana perasaan mereka setelah menangis, dan apakah menangis membantu mereka menghadapi hal-hal emosional” kemungkinan “dipengaruhi oleh kepercayaan dan harapan mereka tentang manfaat menangis, konteks sosial, dan pengalaman masa lalu.”
Saat meneliti itu Sharman dan timnya mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada para sukarelawan seperti 'Apa yang Anda rasakan ketika menangis di depan orang lain?
Dari situ mereka membuat 40 pernyataan, mulai dari “setelah menangis, saya merasakan leha” hingga “menangis di sekitar orang lain membuat saya merasa rentan”.
Sharman dan timnya menyimpulkan ada tiga jenis keyakinan orang tentang menangis:
Hak atas fotoReutersImage caption
Sharman dan timnya menyimpulkan ada tiga jenis anggapan orang tentang menangis.
Menangis sendiri sangat membantu: Orang-orang dalam kategori ini setuju dengan pernyataan seperti “menangis membantu saya ketika saya merasa tidak kuat” atau “dalam jangka panjang, saya tahu bahwa saya akan merasa lebih baik karena saya menangis”.
Menangis sendiri tidak membantu: “Menangis membuat saya merasa lebih buruk ketika saya sendirian”; “Saya merasa lebih buruk setelah menangis”.
Menangis di depan umum tidak membantu: “Saya merasa malu ketika saya menangis di sekitar orang-orang yang bukan teman atau anggota keluarga saya”; “Saya merasa dihakimi ketika saya menangis di sekitar rekan kerja”.
Temuan Sharman menawarkan beberapa bukti sistematis tentang bagaimana orang menilai tangisan (walaupun perlu dicatat bahwa itu adalah pemikiran orang kulit putih dan Barat), serta bagaimana hal ini dapat bervariasi sesuai dengan faktor-faktor seperti kepribadian dan jenis kelamin individu.
Mengenai apakah menangis secara sendiri itu membantu, peserta memberi nilai rata=rata, tidak ada yang sangat sepakat atau sangat tidak sepakat dengan gagasan itu,.
Sementara itu, peserta cenderung tidak setuju dengan gagasan bahwa menangis secara sendiri tidak membantu.
Melihat dua respons itu, dapat disimpulkan bahwa orang-orang percaya menangis sendiri tidak akan merugikan seseorang, dan bahkan mungkin bisa membantu.
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption
Kita lebih mudah memberikan dukungan pada seseorang ketika dia menangis.
Kepercayaan seperti itu sejalan dengan analisis psikolog AS Randolph Cornelius yang meneliti 72 artikel tentang menangis yang dipublikasikan selama 140 tahun hingga 1985, yang menunjukkan 94% menyatakan menangis bermanfaat bagi kesehatan (temuannya dipresentasikan pada konferensi tahun 1986, dan dikutip berkali-kali sejak itu).
Banyak cendekiawan dan dokter yang juga mengungkapkan manfaat katarsis dari menangis, seperti Henry Maudsley yang menyatakan “kesedihan yang tidak menemukan jalan keluar dalam air mata, dapat membuat organ-organ tubuh lain menangis ”.
Tetapi ada pula psikolog yang menemukan bahwa menangis justru membuat Anda merasa lebih buruk.
Sebagai contoh, sebuah studi di tahun 2011 oleh Lauren Bylsma dan rekannya menemukan bahwa suasana hati orang dapat menjadi lebih buruk pada hari mereka menangis. Sementara itu menangis sambil menonton film sedih dianggap juga dapat membuat mood jelek.
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption
Meski sejumlah psikologi mengatakan menangis memiliki dampak positif, ada pula psikolog yang mengatakan hal sebaliknya.
Sebuah studi mengenai “film sedih” yang lebih baru menunjukkan meski menangis menyebabkan suasana hati memburuk di awal-awal, menangis dapat membantu meningkatkan suasana hati 90 menit setelah menangis.
Tapi secara keseluruhan, gambaran yang muncul dari penelitian itu bertentangan dengan kepercayaan populer bahwa menangis itu bersifat positif karena dianggap 'membersihkan'.
Terkait menangis di depan umum, survei Sharman menemukan bahwa partisipan memberi nilai 'rata-rata'. Ambivalensi ini masuk akal mengingat penelitian yang menunjukkan efek menangis di depan umum bisa jadi rumit - dan berbeda menurut jenis kelamin.
Sebagai contoh, satu studi tahun 2016 menemukan bahwa, secara keseluruhan, orang yang menangis di depan umum dinilai kurang kompeten dibandingkan orang yang tidak melakukannya - dan hal tersebut lebih berdampak kepada pria daripada perempuan.
Tetapi upaya untuk mereplikasi temuan itu dalam studi kedua oleh peneliti yang sama, tidak menunjukkan hasil yang sama.
Penelitian lain telah menyoroti pentingnya konteks sosial, dengan penghakiman dinilai lebih keras pada laki-laki. Namun temuan tentang gender itu juga tidak terlalu jelas.
Beberapa penelitian menemukan karyawan perempuan yang menangis depan umum kemungkinan besar dianggap manipulatif dan lunak, sedangkan penelitian lain menemukan sebaliknya - namun pekerja laki-laki yang menangis depan umum juga menerima penilaian buruk.
Penting untuk dicatat, bahwa perempuan sering dipandang kurang kompeten daripada pria, apa pun yang mereka lakukan.
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption
Menangis sambil menonton film sedih dianggap juga dapat membuat mood jelek.
Dalam studi Universitas Tilburg dan di tempat lain, misalnya, wanita yang tidak menangis tidak hanya dipandang kurang kompeten dibandingkan pria yang tidak menangis, tetapi juga kurang kompeten dibandingkan pria yang menangis.
Meskipun demikian, ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa menangis di depan umum dapat memiliki beberapa manfaat.
Menangis dapat menimbulkan dukungan emosional dari orang lain - misalnya, kita lebih cenderung memberikan dukungan kepada orang-orang yang menangis. Tampaknya sejalan dengan respons publik yang sebagian besar simpatik terhadap Theresa May yang hampir menangis.
Beberapa perbedaan menarik antara individu juga muncul dari penelitian Sharman.
Sebagai contoh, orang-orang yang lebih lebih ekspresif secara emosional, dan lebih bergantung pada orang lain untuk dukungan emosional, lebih cenderung percaya bahwa menangis bermanfaat bagi mereka dan orang lain.
Di sisi lain, orang-orang yang menyatakan keyakinan bahwa menangis tidak membantu cenderung jarang melibatkan emosi mereka atau kerap berjuang mengelola emosi mereka.
Sharman dan rekan-rekannya berpendapat ada hubungan antara bagaimana kita memandang menangis dan perilaku kita.
Hak atas fotoGetty ImagesImage caption
Efek menangis di depan umum bisa jadi rumit - dan berbeda menurut jenis kelamin.
“Ada kemungkinan bahwa mereka yang merasa menangis tidak dapat diterima, lebih mungkin menekan emosi mereka untuk mengurangi ekspresi emosi itu,” kata mereka.
Sangat mungkin ada interaksi tiga arah yang dinamis antara pandangan kita tentang tangisan, perilaku kita, dan pengalaman kita.
Jika Anda berpikir menangis di depan umum itu memalukan, Anda mungkin akan merasakannya sebagai pengalaman yang menyakitkan ketika Anda menangis di depan umum.
Jika penelitian di masa depan mengkonfirmasinya, hal itu akan sesuai dengan paham yang berkembang dalam psikologi bahwa sikap kita terhadap emosi kita akan mempengaruhi bagaimana emosi itu mempengaruhi kita - misalnya, orang yang berada dalam suasana hati yang lebih 'gelap', tampaknya kurang terpengaruh oleh pengalaman seperti itu.
Mungkin sikap apatis Theresa May berakar pada keyakinan negatifnya tentang menangis dan ekspresi emosional lainnya.
Walaupun mungkin sudah terlambat untuk karier politiknya, dia mungkin telah belajar dari banyaknya reaksi simpatik setelah insiden di mana ia hampir menangis, bahwa ekspresif emosional kadang-kadang bisa menguntungkan.
“Mungkin sekali,” tulis Sharman dan rekan-rekannya, “keyakinan seseorang tentang menangis bisa diperbarui sepanjang hidupnya.”
Anda dapat membaca artikel ini dalam bahasa Inggris di The case for crying in public pada BBC Future.
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.