简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Demam mata uang kripto sejatinya adalah sebuah fenomena yang mengglobal.
Banyak yang berkata sekarang cari cuan di pasar saham susah, sehingga tak sedikit yang pindah ke lapak lain yaitu aset digital bernama cryptocurrency.
Demam mata uang kripto sejatinya adalah sebuah fenomena yang mengglobal. Berdasarkan penelusuran CoinGecko setidaknya ada 6.600 mata uang kripto yang nilai pasarnya resmi tembus US$ 2 triliun per awal April ini.
Bitcoin adalah salah satu yang terbesar dan terpopuler. Nilai pasarnya tembus US$ 1 triliun dan mengusai hampir 50% dari total nilai pasar mata uang kripto lain. Kemudian pesaingnya ada Ethereum, Binance, XRP, Thether jika dikombinasikan nilai pasarnya tembus US$ 400 miliar.
Harga Bitcoin di awal tahun masih dibanderol di bawah US$ 30.000/BTC. Namun sekarang harganya sudah melesat 114% ke US$ 62.000/BTC. Dengan asumsi kurs Rp 14.500/US$. Maka harga satu keping koin digital ini hampir Rp 900 juta.
Nama Satoshi Nakamoto sebagai inventor Bitcoin yang diisukan memegang 1 juta koin ini tentu saja langsung masuk jajaran crazy rich dunia karena kekayaannya sekarang sudah mencapai US$ 61 miliar.
Kinerja Bitcoin sebagai salah satu yang terpopuler memang gila-gilaan jauh meninggalkan saham. Secara year to date (ytd) indeks S&P 500 hanya mencatatkan capital gain sebesar 11%. Sementara itu IHSG hanya 1,62% saja.
Kinerja IHSG yang sangat minimalis ini diakibatkan oleh tren koreksi berkelanjutan harga saham-saham domestik sejak akhir Maret lalu. Di sisi lain lapak bursa yang tadinya ramai kini menjadi sepi.
Jika dilihat dari rerata nilai transaksi harian di bursa saham domestik juga mengalami penurunan yang tajam. Di bulan pertama tahun ini, rata-rata transaksi harian tembus Rp 20,5 triliun. Di bulan Februari rata-rata transaksinya turun menjadi Rp 15,6 triliun. Terakhir di bulan Maret rata-rata transaksi harian hanya Rp 11 triliun.
Pandemi Covid-19 yang memunculkan fenomena booming investor ritel yang dulunya merajai perdagangan kini batang hidungnya mulai tak terlalu tampak. Sebagian pindah lapak untuk melanjutkan aksi spekulasinya guna meraup cuan tebal.
Namun sekilas ada kalangan yang beropini bahwa pergerakan saham cenderung terbatas. Bursa seringkali langsung menggembok perdagangan saham ketika harganya naik fantastis dan membuat pesta hancur berantakan. Sementara ketika ARB berjilid-jilid dibiarkan begitu saja.
Pada dasarnya ini adalah salah satu bentuk misinformasi yang banyak disalahartikan. Tren kenaikan harga dalam waktu singkat sebenarnya adalah bentuk akumulatif dari aksi spekulasi yang jauh lebih mirip dengan perjudian.
Saham adalah salah satu aset keuangan dimana pemegangnya memiliki hak atas suatu aset di perusahaan dan berhak menerima imbal hasil berupa dividen ketika emiten mencetak laba.
Hal ini berbeda dengan Bitcoin yang sebenarnya ditujukan untuk pengganti uang fiat dan sistem moneter zaman sekarang yang dinilai tidak adil. Pada akhirnya yang dilihat adalah fenomena euforia.
Investor ritel terutama yang pindah lapak ke mata uang kripto dari saham tanpa memahami fundamental penggerak suatu aset adalah mereka yang tenggelam dalam euforia. Ini yang berbahaya.
Sebenarnya sah-sah saja memiliki token mata uang kripto karena investor institusi besar pun juga mulai beralih ke sana. Namun tujuannya adalah untuk diversifikasi aset investasi.
Kalaupun memang tujuannya untuk spekulasi seorang investor ritel harus siap ketika harganya dibanting suatu saat yang entah kapan itu. Sebenarnya sulit juga untuk mengambil kesimpulan bahwa reli harga mata uang kripto adalah sebuah fenomena irrational exuberance.
Namun satu yang kentara, kalau memang banyak ritel coronians yang berpindah lapak dari saham ke kripto adalah mereka yang punya motif untuk berspekulasi dengan harapan mendulang untung yang fantastis sehingga bisa mengubah nasib dalam waktu semalam.
Walaupun sebenarnya kemungkinannya sangat kecil, tetapi memang ada potensi kelau kebetulan ketiban rejeki nomplok kejatah koin saat penawaran perdana (ICO) dan harganya langsung terbang ribuan persen beberapa waktu setelahnya.
Untuk saat ini aset digital kripto memang menawarkan imbal hasil yang cenderung lebih menarik ketimbang saham dan aset lain. Namun di saat yang sama volatiltas yang tajam juga menjadi risiko yang harus benar-benar dipahami.
Masih belum diketahui dengan pasti faktor apa yang memicu hal ini terjadi. Apakah karena trauma karena di saham sempat mengalami auto reject bawah (arb) berjilid-jilid atau karena hal yang lain. Rasanya untuk alasan pertama kok ya masih punya nyali main di aset yang lebih berisiko sekelas mata uang kripto.
Sumber CNBC
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Harga Dogecoin kembali meroket dan memecahkan rekor hari ini
Ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianty menilai perlu campur tangan bank sentral untuk memitigasi risiko dari kenaikan uang kripto seperti bitcoin.
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mengemukakan aset kripto memang sebuah alat investasi yang relatif baru dan diperkirakan akan terus meningkat dalam beberapa tahun ke depan.
Dogecoin dibanderol US$50 miliar atau Rp725 triliun, mengungguli harga mata uang kripto paling populer, yaitu bitcoin.