简体中文
繁體中文
English
Pусский
日本語
ภาษาไทย
Tiếng Việt
Bahasa Indonesia
Español
हिन्दी
Filippiiniläinen
Français
Deutsch
Português
Türkçe
한국어
العربية
Ikhtisar:Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2021 mengalami inflasi 0,08% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 0,16% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food dan administered prices, di tengah inflasi kelompok inti yang menurun. Secara tahunan, inflasi IHK Juli 2021 tercatat 1,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,33% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi 2021 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0% ± 1%.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) pada Juli 2021 mengalami inflasi 0,08% (mtm), setelah pada bulan sebelumnya mencatat deflasi sebesar 0,16% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh peningkatan inflasi kelompok volatile food dan administered prices, di tengah inflasi kelompok inti yang menurun. Secara tahunan, inflasi IHK Juli 2021 tercatat 1,52% (yoy), lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,33% (yoy). Ke depan, Bank Indonesia tetap berkomitmen menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, guna menjaga inflasi 2021 sesuai kisaran targetnya sebesar 3,0% ± 1%.
Kelompok inti pada Juli 2021 mencatat inflasi 0,07% (mtm), melambat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,14% (mtm). Secara umum, perlambatan inflasi inti dipengaruhi oleh pemulihan permintaan yang masih terbatas seiring dengan kebijakan pembatasan mobilitas untuk mengatasi peningkatan penyebaran varian delta Covid-19. Berdasarkan komoditasnya, perlambatan inflasi inti terutama disumbang oleh deflasi komoditas emas perhiasan seiring penurunan harga emas global. Secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 1,40% (yoy), menurun dibandingkan dengan inflasi Juni 2021 sebesar 1,49% (yoy). Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari pengaruh permintaan domestik yang belum kuat, stabilitas nilai tukar yang terjaga, dan konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi.
Kelompok volatile food mengalami inflasi 0,14% (mtm) pada Juli 2021, meningkat dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi 1,23% (mtm). Perkembangan tersebut terutama didorong oleh kenaikan harga komoditas hortikultura sejalan dengan berkurangnya pasokan pada awal periode masa tanam dan kendala cuaca di beberapa wilayah sentra produksi. Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food sebesar 2,97% (yoy), meningkat dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 1,60% (yoy).
Kelompok administered prices pada Juli 2021 mencatat inflasi sebesar 0,05% (mtm), meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami deflasi 0,21% (mtm). Perkembangan tersebut terutama dipengaruhi oleh kenaikan harga rokok kretek filter seiring transmisi kenaikan cukai tembakau yang berlanjut. Secara tahunan, kelompok administered prices mengalami inflasi sebesar 0,61% (yoy), lebih tinggi dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,49% (yoy).
Jakarta, 2 Agustus 2021
Kepala Departemen Komunikasi
Erwin Haryono
Direktur Eksekutif
Disclaimer:
Pandangan dalam artikel ini hanya mewakili pandangan pribadi penulis dan bukan merupakan saran investasi untuk platform ini. Platform ini tidak menjamin keakuratan, kelengkapan dan ketepatan waktu informasi artikel, juga tidak bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh penggunaan atau kepercayaan informasi artikel.
Bank Indonesia (BI) mencatat cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2021 tercatat sebesar USD 145,9 miliar. Posisi itu meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2021 sebesar USD 145,5 miliar.
Tahun 2021 segera berakhir, menyambut tahun 2022 Bank Indonesia telah menyiapkan strategi kebijakan BI yang akan terus disinergikan dan sebagai bagian dari arah kebijakan ekonomi nasional untuk mengakselerasi pemulihan sekaligus menjaga stabilitas perekonomian yang disampaikan dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) pada hari Rabu (24/11).
Bank Indonesia (BI) optimis ekonomi Indonesia akan tumbuh positif pada 2022 mendatang. BI memprediksi, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan meningkat hingga 4,7-5,5% pada 2022 dari yang sebelumnya diprediksi sebesar 3,2-4,0% pada 2021.
Pemulihan ekonomi di negara kita terus berlangsung dan kian membaik, hal ini dapat dilihat dari rilis survey konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Survei Konsumen Bank Indonesia pada Oktober 2021 mengindikasikan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terus menguat sejalan dengan membaiknya mobilitas masyarakat.